Langsung ke konten utama

Catatan Perempuan Jingga

Cari Blog Ini

Saat ini

Agustus 16, 2020

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

Saat ini, aku lupa rasanya terluka karena terlalu bahagia bersamanya. Kebersamaan yang entah sampai kapan mungkin, sampai ia pergi dengan bait harapan.

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer

Damai

Langkah yang terseret dan pelan itu menuju telaga yang jernih. Katanya itu adalah telaga pembawa kedamaian. Siapapun yang masuk kedalamnya akan merasa damai. Begitu pula harapan langkah kaki yang terseok mendekati telaga itu. Melihat airnya yang jernih saja sudah membuat tersenyum. Ajaib sekali. Kaki itu mulai masuk. Dingin dan segar. Seakan waktu terhenti. Seakan waktu memberikan sedikit tambahan waktu untuk beristirahat. Pikirannya yang pelik mulai surut. Gemuruh didadanya mulai hilang. Jiwanya terasa damai. Bisakah air telaga ini dibawa saja kerumah agar tak usah repot repot berjalan jauh menempuhnya? Pikirnya konyol. Setelah puas menikmati telaga itu, langkah kaki itu berjalan pulang ke rumah. Telaga itu tersenyum lega karena sudah membantu orang lain. Ada rahasia besar tentang telaga itu yang tak diketahui penduduk sekitar. Telaga itu ajaib. Bisa mendengar, melihat bahkan punya perasaan. Setiap ada yang datang, telaga itu selalu mendengar keluh kesah dan semua ucapan. Untuk m

Gundah

Tuhan Tanpa sadar aku tertinggal jauh Untuk mengejar, aku tak yakin akan seperti apa realitanya nanti Terkadang aku membayangkannya Lalu tersenyum seolah itu memang kenangan yang paling indah untuk dikenang Tuhan Bisakah kau undur kontraknya di bumi ini? Masih banyak yang belum kulakukan bersamanya Bahkan jika umurnya lebih seabadpun, aku belum merasa cukup untuk menghabiskan rasa ini untuknya Tuhan Kisah ini benar benar tak bisa aku biarkan berakhir begitu saja Meski waktu dan jarak mengambil alih dirinya, masih ada tempat istimewa untuk dirinya di lubuk dan palung hati Tuhan Bisakah kau ganti perihnya yang telah kutoreh menjadi manusia paling bahagia? Aku tak bisa berjanji bahwa ia akan bahagia ketika bersamaku Maka dari itu izinkan aku mempunyai banyak waktu dengannya agar aku bisa membuatnya tahu bahwa aku sangat mencintainya

Urusan Kata

Membisu dalam ekspresi Kala emosi menyeruak hati Ujung katapun tak dapat meluncur Hanya terkubur dalam sanubari Terkadang hal ini menyiksa batin Tak pandai meluapkan Menjadi bumerang dalam urusan Wahai hati yang terdalam Luapkan saat merasa lelah Tak apa sesekali terlihat rapuh Bukan berarti dirimu lemah tak berani memunculkan banyak spekulasi yang menjabar membuat rusuh saja dipikiran namun tak pernah menguar maafkan bila kata selalu diam hanya tak pandai melontarkan kuharap ini segera berujung ketika kutemukan sosok dalam do’a

Diberdayakan oleh Blogger