Duri mawar dan cahaya

 




Mungkin aku terlalu berharap.

Euforia yang terpancar dari tatapan itu mungkin hanya fatamorgana.

Membuat jiwa sejenak lebih teduh.

Kado yang pernah Tuhan beri, kini aku diberi lagi.

Seperti kado kado sebelumnya.

Kado sebelumnya hanyalah untuk sesaat sebelum Tuhan menggantinya dengan duri mawar.

Tapi cahaya yang masih kugenggan sepertinya mulai menerima genggamanku.

Apa salahnya? Atau mungkin itu salahku karena ingin menggenggam cahaya lebih erat?.

Setitik noda pekat itulah yang mungkin membuat agar cahaya yang kugenggan terlepas. 

Apakah Salah jika aku memiliki setitik noda pekat?  Mungkin duri mawar itu tak sadar jika dirinya juga mempunya setitik noda pekat?

Dulu, cahaya yang kugenggan terlepas karena tak tahan dengan sakitnya tusukan duri mawar itu. Dua kali terlepas. Dan kali ini aku tak ingin terlepas lagi. Meski tusukan duri mawar itu semakin dalam.

Komentar